Photobucket

Tafsir Tematik: Interaksi Musa as, Ayarkha dan Aisyah

الثلاثاء، ١٨ ربيع الآخر ١٤٣٠ هـ

Tafsir Tematik: Interaksi Musa as, Ayarkha dan Aisyah
Oleh : Miftahul Huda


Pendidikan terhadap Mu>sa dilakukan oleh ibunya sendiri bernama Ayarkha> dan ibu angkatnya A mengasuh mulai kecil, sehingga suatu ketika merasa tidak nyaman karena Fir’aun membunuh setiap bayi laki-laki, maka atas perintah Allah agar menghanyutkan bayi Mu>sa di sungai Nil. Selanjutnya kehidupan Mu>sa berada di istana Fir’aun. Namun atas izin Allah, ibunya dapat menyusuinya.

1. Pendidikan Ayarkha> dan Asa as.

Interaksi pendidikan Ayarkha> terhadap Mu>sa terjadi saat masih kecil. Yaitu peristiwa bayi Mu>sa yang di hanyutkan di sungai Nil, kemudian ditemukan oleh keluarga Fir’aun dan hidup di dalam istana. Asiah istri Fir’aun sangat menyayangi bayi Mu>sa. Pada akhirnya Ayarkha> menyusuinya setelah bayi Mu>sa mendapat kesulitan tidak ada yang cocok untuk menyusui.

2. Ayat-ayat yang berhubungan dengan pendidikan Ayarkha dan Asa as.

Menurut penjelasan al-Qur’a>n, Ayarkha> menghannyutkan bayi Mu>sa di sungai Nil terjadi atas ilha>m dari Allah (al-Qur’a>n: 20:38, 20:39, 28:7, 28:10). Pada gilirannya, ummu Mu>sa kembali dapat menyusui bayi Mu>sa di istana (al-Qur’a>n: 20:40, 28:12, 28:13). Hal ini terjadi karena keutamaan iman yang dimiliki oleh Asiah istri Fir’aun (al-Qur’a>n: 66:11). Berikut penjelasan interaksi Ayakha> dan Asa:

3. Penafsiran ayat

1. Ilham Allah kepada Ayarkha

38. Yaitu ketika Kami mengilhamkan kepada ibumu suatu yang diilhamkan, 39. Yaitu: "Letakkanlah ia (Mu>sa) didalam peti, kemudian lemparkanlah ia ke sungai (Nil), Maka pasti sungai itu membawanya ke tepi, supaya diambil oleh (Fir’aun) musuh-Ku dan musuhnya. dan aku telah melimpahkan kepadamu kasih sayang yang datang dari-Ku; dan supaya kamu diasuh di bawah pengawasan-Ku,

Menurut ‘Ali> Fikri> nasab Mu>sa adalah bin ‘Imra>n bin Qa>hith bin ‘Awi> bin Ya’qu>b bin Ish}a>q bin Ibra>hi>m. Menurut keterangan al-Suhayli> nama ibu Mu>sa bernama “ Ayarkha>” atau “ Ayadhkhat”. [254]

Perbuatan keji dan kesombongan Fir’aun digambarkan dengan kekejamannya untuk membunuh semua bayi laki-laki dan membiarkan hidup bayi perempuan. Bani isra’il telah mengetahui bahwa nanti akan lahir keturunan dari qabilahnya bayi yang kelak akan mengalahkan raja mesir. Pengetahuan itu tepatnya datang dari Sa>rah seorang istri Ibra>hi>m dan cepat menyebar ke seluruh penjuru, termasuk menjadi pembicaraan kaum Qibti> sehingga berita itupun didengar oleh raja Fir’aun. Mengantisipasi kelahiran bayi Mu>sa, kemudian Fir’aun segera mengumpulkan pengawal-pengawalnya dan memerintahkan untuk membunuh keturunan bayi laki-laki dari bani israil. Menurut penjelasan al-Sadi> dari Abi> S{a>lih} dan Abi> Ma>lik dari Ibn ‘Abba>s dan dari riwayat Murrah dari Ibn Mas’u>d dan dari riwayat Anna>s berkata: sesungguhnya Fir’aun bermimpi sepertinya melihat api datang dari arah bait al-maqdi>s kemudian membakar kerajaannya di mesir dan seluruh penduduk Qibti, sementara itu bani israil selamat dari peristiwa kebakaran tersebut. Kemudian setelah Fir’aun bangun perasaannya menjadi gundah atas mimpinya itu. Oleh sebab itu, ia mengumpulkan para ahli terdiri dari para normal, para cendikiawan dan para ahli sihir untuk dimintai pendapatnya tentang mimpi tersebut. Mereka menjelaskan bahwa akan lahir anak ini (Mu>sa) dari kabilah mereka (bani israil) yang nantinya akan menjadi sebab atas kehancuran kerajaan Mesir. Setelah mendengar penjelasan itu, lalu Fir’aun memerintahkan untuk membunuh semua bayi laki-laki dan membiarkan hidup bayi perempuan. [255]

Menurut para mufassir, kebijakan Fir’aun membunuh semua bayi laki-laki itu mengundang reaksi keras dari kabilah Qibti yang mengadu kepada Fir’aun bahwa penduduk bani israil jumlahnya menurun drastis sebab pembunuhan setiap bayi laki-laki yang lahir. Demikian pula dikhawatirkan generasi tua juga akan segera berkurang karena meninggal dunia, sehingga bani israil mengalami krisis penduduk yang harus segera diselesaikan. Atas aduan itu, Fir’aun memerintahkan dalam masa setahun untuk membunuh bayi laki-laki dan pada masa setahun berikutnya membiarkan hidup, begitu seterusnya. Di saat tahun tenggang pembunuhan bayi itulah Ha>ru>n dilahirkan. Sedangkan Mu>sa dilahirkan tepat pada tahun pembunuhan bayi laki-laki. [256]

Diceritakan, bahwa Asiah memberi alas kapas pada peti Mu>sa, kemudian dilemparkan peti itu ke laut dan akhirnya hanyut sampai ke sungai yang mengarah ke kebun Fir’aun. Pada saat tersebut, Fir’aun sedang duduk di kolam bersama asiah dan tiba-tiba menemukan peti Mu>sa. Akhirnya Fir’aun memerintah untuk membukanya, dan ternyata ada bayi yang sangat tampan sehingga Fir’aunpun menyukainya. [257]

7. Dan Kami ilhamkan kepada ibu Mu>sa; "Susuilah Dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya Maka jatuhkanlah Dia ke sungai (Nil). dan janganlah kamu khawatir dan janganlah (pula) bersedih hati, karena Sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan men- jadikannya (salah seorang) dari Para rasul.

Menurut penjelasan para mufassir, bahwa para tetangga (Fir’aun) yang menemukan peti Mu>sa yang hanyut di laut Nil tidak berani membukanya sehingga diberikan kepada istri Fir’aun “Ah}im bin ‘Ubaid bin al-Rayya>n bin Wali>d dimana Wali>d ini dulunya termasuk penguasa (Fir’aun) Mesir. Menurut riwayat lainya, Asa, bahkan diriwayatkan oleh al-Suhayli> bahwa Asa. Ketika Asa, lalu membuka kain yang menyelimutinya, terlihatlah wajah Mu>sa yang bercahaya dengan menampakkan aura kenabian dan keagungan. Seketika itu pula, Asa dibawa A
10. Dan menjadi kosonglah hati ibu Mu>sa. Sesungguhnya hampir saja ia menyatakan rahasia tentang Mu>sa, seandainya tidak Kami teguhkan hati- nya, supaya ia Termasuk orang-orang yang percaya (kepada janji Allah).

Setelah ibu Mu>sa menghanyutkan Mu>sa di sungai Nil, maka timbullah penyesalan dan kesangsian hatinya lantaran kekhawatiran atas keselamatan Mu>sa. Bahkan Hampir-hampir ia berteriak meminta tolong kepada orang untuk mengambil anaknya itu kembali, yang akan mengakibatkan terbukanya rahasia bahwa Mu>sa adalah anaknya sendiri.

2. Mu>sa as. kembali kepada Ayarkha

40. (yaitu) ketika saudaramu yang perempuan berjalan, lalu ia berkata kepada (keluarga Fir’aun): "Bolehkah saya menunjukkan kepadamu orang yang akan memeliharanya?" Maka Kami mengembalikanmu kepada ibumu, agar senang hatinya dan tidak berduka cita. dan kamu pernah membunuh seorang manusia, lalu Kami selamatkan kamu dari kesusahan dan Kami telah mencobamu dengan beberapa cobaan; Maka kamu tinggal beberapa tahun diantara penduduk Madyan, kemudian kamu datang menurut waktu yang ditetapkan Hai Mu>sa,

12. Dan Kami cegah Mu>sa dari menyusu kepada perempuan-perempuan yang mau menyusui(nya) sebelum itu; Maka berkatalah saudara Mu>sa: "Maukah kamu aku tunjukkan kepadamu ahlul bait yang akan memeliharanya untukmu dan mereka dapat Berlaku baik kepadanya?". 13. Maka Kami kembalikan Mu>sa kepada ibunya, supaya senang hatinya dan tidak berduka cita dan supaya ia mengetahui bahwa janji Allah itu adalah benar, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.

Firman allah “Dan Kami cegah Mu>sa dari menyusu kepada perempuan-perempuan yang mau menyusui(nya) sebelum itu;” sehingga mereka mengirimkan petugas kerajaan sampai ke pasar untuk mencari wanita yang dapat menyusui Mu>sa. Pada saat itulah petugas kerajaan itu bertemu dengan saudara Ayarkha yang sebelumnya juga telah ditugasinya untuk mencari berita tentang keberadaan Mu>sa. Dengan berpura-pura tidak tahu siapa ibu Mu>sa yang sebenarnya, kemudian menawarkan jasa kepada mereka "Maukah kamu aku tunjukkan kepadamu keluarga yang akan memeliharanya untukmu dan mereka dapat Berlaku baik kepadanya?" Menurut riwayat Ibn ‘Abba>s atas tawaran ini mereka menjawab: kenapa kamu begitu peduli dengan kami, apa hubungannmu dengan bayi itu? Saudara Ayarkha menjawab: saya hanya berharap dapat menyenangkan raja Fir’aun dan berharap hadiahnya. Kemudian para petugas kerajaan itu bersamanya pergi menuju rumah Ayarkha untuk dibawa ke istana. Sesampainya di istana, Ayarkha langsung menggendong dan menyusui bayi Mu>sa dengan perasaan sangat senang. Sesampainya menggembirakan itu pada telinga Asa di rumahnya dan inipun dikabulkan. Sebagai imbalannya, Asa dari Allah. [259]

Diriwayatkan bahwa saudara maryam ditugasi untuk mencari tahu berita Mu>sa. Maka kebetulan bertemu dengan petugas dari kerajaan yang mencari pembantu yang dapat menyusui Mu>sa. Lalu sudara maryam menawarkan untuk menunjukkan orang yang dapat mengasuhnya yang tidak lain adalah Ayarkha (ibu Mu>sa sendiri). Atas tawaran itu mereka langsung menerimanya dan akhirnya membawa Ayarkha ke istana untuk menyusui Mu>sa. Hal inilah yang semakna dengan ayat ini, yakni kami kembalikan kamu (Mu>sa) kepada ibumu sebagaimana telah kami janjikan bahwa kami akan mengembalikanmu kepada ibumu agar ibumu menjadi senang sehingga tidak susah melepasmu. [260]

3. Keutamaan dan keimanan Asiah

11. Dan Allah membuat isteri Fir’aun perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, ketika ia berkata: "Ya Rabbku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam firdaus, dan selamatkanlah aku dari Fir’aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zhalim.

Pada suatu saat lidah Fir’aun menjadi pelat karena kena bara api yang dimainkan Mu>sa. Ketika itu Fir’aun bermain-main dengan Mu>sa dan Mu>sa hendak memegang janggut Fir’aun. Seketika itu, Fir’aun memerintahkan untuk membunuh Mu>sa. Kemudian Asa, seraya mengajukan permohonan kepada Fir’aun agar memaklumi perbuatannya karena masih anak kecil. Untuk meyakinkan firauan bahwa Mu>sa masih belum dapat berfikir, Asa dengan memberi buah-buahan dan bara api ditaruh dihdapannya. Ketika Fir’aun memberinya buah-buahan, maka Mu>sapun mengambilnya. Demikian pula ketika Fir’aun menawarkan bara api, Mu>sapun mengambilnya. Namun diluar dugaan Fir’aun, Mu>sa menyuapkan bara api itu ke mulut firauan sehingga menjadi pelatlah lidahnya. Firauan meminta Mu>sa agar melepaskan suapan bara api itu, namun Mu>sa tidak memahaminya (akhirnya Fir’aun memakluminya). [261]

Menurut riwayat Abu Ya’la al-Mu>s}ili> dari Yu>nus bin Muh}ammad dari Da>wud bin Abi al-Fara>t dari ‘Alba>’ bin Ah}mar dari ‘Ikrimah dari Ibn “Abba>s berkata: rasul membuat empat garis di tanah, lalu bertanya kepda para sahabat: tahukah kamu, apa artinya ini? Mereka menjawab: allah dan rasulnya lebih mengetahui. Kemudian rasul menjelaskan: paling utamanya wanita penghuni surga adalah Khadi>jah bint Khuwaylid, Fa>t}imah bint Muh}ammad, Maryam bint ‘Imra>n dan A’i> dari berbagai sanad dan dari Da>wu>d bin Abi al-Hind. Ibnu ‘Asa>kir juga meriwayatkan hadith serupa dari Abi Bakr ‘Abd Allah bin Da>wu>d Sulayma>n bin al-‘Ash’ath dari Yah}ya bin H{a>tim al-‘Askari> dari Bashar bin Mahra>n bin H{amda>n dari Muh}ammad bin Di>na>r dari Da>wu>d Hind dari al-Sha’bi> dari Ja>bir bin Abd Allah berkata: rasul bersabda: cukuplah wanita terbaik di dunia adalah empat orang saja, yaitu: Fa>t}imah bint Muh}ammad, Khadi>jah bint Khuwaylid, Ah}im dan Maryam bint ‘Imra>n. [262]

4. Kandungan ayat

Ayat al-Qur’a>n 20: 38, 20:39, 28:7, 28:10, 28:12, 28:13, 66:11 tersebut secara umum memiliki kandungan makna sebagai berikut:

a) Mu>sa lahir di saat Fir’aun memberlakukan ketentuan membunuh semua bayi yang berjenis kelamin laki-laki karena dipridiksikan akan membawa kehancuran bagi kekuasaan negeri Mesir.

b) Allah memerintahkan Ayarkha agar meletakkan bayi Mu>sa dalam peti kemudian dihanyutkan di sungai Nil

c) Walaupun dengan berat hati Ayarkha melakukan perintah itu demi keselamatan Mu>sa.

d) Ayarkha akhirnya dapat menyusui kembali bayi Mu>sa setelah ditemukan dan berada di istana Fir’aun.

e) Asa dan bahkan melindungi dari ancaman pembunuhan Fir’aun.

5. Analisa

a) Tujuan pendidikan

Pendidikan pada kontek interaksi pendidikan Ayarkha dan Asa ini dipahami dalam lingkup makna dasar yaitu mengasuh, memberi makan dan minum. Pendidikan tidak menekankan pada proses trasfer of knowledge yang memberdayakan rasionalnya, tetapi pemberdayaan jasmaninya. Hal ini terjadi karena Mu>sa pada saat itu masih dalam keadaan bayi. Layaknya sebagai ibu pada umumnya, Ayarkha menyusui bayi Mu>sa. Sampai pada suatu ketika diperintahkan oleh allah untuk menghanyutkan bayi Mu>sa di sungai Nil demi keselamatannya. Sampai pada akhirnya ditemukan oleh pihak kerajaan Fir’aun dan nantinya akan bertemu lagi dengan Ayarkha.

Interaksi yang sedemikian dramatis itu harus dilakukan Ayarkha karena pada saat tersebut sedang terjadi penguasaan raja Fir’aun yang keji dan otoriter. Perbuatan keji dan kesombongan Fir’aun digambarkan dengan kekejamannya untuk membunuh semua bayi laki-laki dan membiarkan hidup bayi perempuan. Bani isra’il telah mengetahui bahwa nanti akan lahir keturunan dari qabilahnya bayi yang kelak akan mengalahkan raja mesir. Pengetahuan itu –menurut satu riwayat- tepatnya datang dari Sa>rah seorang istri Ibra>hi>m dan cepat menyebar ke seluruh penjuru, termasuk menjadi pembicaraan kaum Qibti> sehingga berita itupun didengar oleh raja Fir’aun. Mengantisipasi kelahiran bayi Mu>sa, kemudian Fir’aun segera mengumpulkan pengawal-pengawalnya dan memerintahkan untuk membunuh keturunan bayi laki-laki dari bani israil.[263]

Menurut penjelasan al-Sadi> dari Abi> S{a>lih} dan Abi> Ma>lik dari Ibn ‘Abba>s dan dari riwayat Murrah dari Ibn Mas’u>d dan dari riwayat Anna>s berkata: sesungguhnya Fir’aun bermimpi sepertinya melihat api datang dari arah bait al-maqdi>s kemudian membakar kerajaannya di mesir dan seluruh penduduk Qibti, sementara itu bani israil selamat dari peristiwa kebakaran tersebut. Kemudian setelah Fir’aun bangun perasaannya menjadi gundah atas mimpinya itu. Oleh sebab itu, ia mengumpulkan para ahli terdiri dari para normal, para cendikiawan dan para ahli sihir untuk dimintai pendapatnya tentang mimpi tersebut. Mereka menjelaskan bahwa akan lahir anak ini (Mu>sa) dari kabilah mereka (bani israil) yang nantinya akan menjadi sebab atas kehancuran kerajaan Mesir. Setelah mendengar penjelasan itu, lalu Fir’aun memerintahkan untuk membunuh semua bayi laki-laki dan membiarkan hidup bayi perempuan. [264]

Kebijakan Fir’aun membunuh setiap bayi laki-laki tersebut telah mengundang reaksi keras dari kabilah Qibti. Mereka mengadu kepada Fir’aun bahwa penduduk bani israil jumlahnya menurun drastis sebab pembunuhan setiap bayi laki-laki yang lahir. Demikian pula dikhawatirkan generasi tua juga akan segera berkurang karena meninggal dunia, sehingga bani israil mengalami krisis penduduk yang harus segera diselesaikan. Atas aduan itu, Fir’aun memerintahkan dalam masa setahun untuk membunuh bayi laki-laki dan pada masa setahun berikutnya membiarkan hidup, begitu seterusnya. Di saat tahun tenggang pembunuhan bayi itulah Ha>ru>n dilahirkan. Sedangkan Mu>sa dilahirkan tepat pada tahun pembunuhan bayi laki-laki.[265]

Dari uraian di atas diketahui bahwa aksi pembunuhan setiap bayi yang diberlakukan Fir’aun telah memaksa Ayarkha untuk menyelamatkan bayi Mu>sa. Tindakan penyelamatan itu dilakukan memenuhi strategi yang telah diilhamkan oleh allah dengan menghanyutkan di sungai Nil. Proses ini -sebagaimana diceritakan- bermula dari usaha Asiah memberi alas kapas pada peti Mu>sa, kemudian dilemparkan peti itu ke laut dan akhirnya hanyut sampai ke sungai yang mengarah ke kebun Fir’aun. Pada saat tersebut, Fir’aun sedang duduk di kolam bersama asiah dan tiba-tiba menemukan peti Mu>sa. Akhirnya Fir’aun memerintah untuk membukanya, dan ternyata ada bayi yang sangat tampan sehingga Fir’aunpun menyukainya.[266]

Masa-masa bayi Mu>sa pada tahap berikutnya dialami di lingkungan istana Fir’aun. Di sinilah terdapat peran penting Asa dari ancaman pembunuhan. Interaksi Asa terjadi sejak membuka peti Mu>sa dan membuka kain yang menyelimutinya. Terlihatlah olehnya wajah Mu>sa yang bercahaya dengan menampakkan aura kenabian dan keagungan. Seketika itu pula, Asa dibawa A
Berdasarkan paparan di atas, maka pendidikan yang dilakukan oleh Ayarkha dan Asa secara dasar meliputi upaya merawat, mengasuh, dan membesarkan.[268] Dengan kata lain, tujuan pendidikan yang utama yang mereka lakukan adalah untuk melindungi dan menyelamatkan jiwa dan raga bayi Mu>sa dari kematian. Selamatnya Mu>sa dari kekejaman Fir’aun bertumpu pada jasa ibu kandungnya sendiri dan ibu angkatnya.



b) Materi pendidikan

Berdasarkan uraian di muka, materi pendidikan yang memiliki relevansi dengan kontek interaksi Ayarkha dan Asa adalah dalam lingkup arti pendidikan secara mendasar. Lingkup materi pendidikan yang dimaksud adalah dengan memaknai pendidikan -seperti pendapat al-Nah}lawi- berupa usaha untuk menumbuhkan dan mengembangkan anak didik dengan memberi makan/minum termasuk perlindungan. Pada gilirannya, pendidikan juga dimaksudkan untuk mengembangkan tingkah laku.

Dari pengertian ini, diketahui bahwa materi pendidikan yang dilakukan Ayarkha dan Asa dan akhirnya mendapatkan ibunya sendiri. Dikisahkan: Mu>sa tidak mau menyusu kepada perempuan siapa saja. Akhirnya, atas usul Asa. Pada saat itulah petugas kerajaan itu bertemu dengan saudara Ayarkha yang sebelumnya juga telah ditugasinya untuk mencari berita tentang keberadaan Mu>sa. Kemudian menawarkan jasa kepada mereka untuk menunjukkan orang yang dapat menyusuinya. Kemudian para petugas kerajaan itu bersamanya pergi menuju rumah Ayarkha untuk dibawa ke istana. Sesampainya di istana, Ayarkha langsung menggendong dan menyusui bayi Mu>sa dengan perasaan sangat senang. Akhirnya, A
Materi kedua: memberikan perlindungan dan rasa aman dari segala ancaman yang membahayakan jiwa raganya. Hal ini dilakukan Ayarkha dengan menghanyutkan bayi Mu>sa di sungai Nil sebagai siasat untuk menyelamatkan dari kebiadaban Fir’aun yang membunuh setiap bayi laki-laki. Ketika hidup di istana musuh Mu>sa, maka peran melindungi itu dilakukan oleh Asa. Ketika itu Fir’aun bermain-main dengan Mu>sa dan Mu>sa hendak memegang janggut Fir’aun. Seketika itu, Fir’aun memerintahkan untuk membunuh Mu>sa. Kemudian Asa, seraya mengajukan permohonan kepada Fir’aun agar memaklumi perbuatannya karena masih anak kecil.[270]

c) Karakter pendidik

Karakter pendidik dimaksudkan adalah sifat dasar yang terbaca dari Ayarkha dan Asa. Pada kedua profil ibu tersebut terdapat karakter-karakter berikut; pertama : naluri keibuan. Naluri keibuan ini meliputi kepekaan rasa dan merasa iba atas musibah yang terjadi pada bayi Mu>sa. Hal ini terlihat pada diri Ayarkha yang tidak tega menghanyutkan Mu>sa di sungai Nil, meskipun itu datang dari perintah allah. Setelah Ayarkha menghanyutkan Mu>sa di sungai Nil, Maka timbullah penyesalan dan kesangsian hatinya lantaran kekhawatiran atas keselamatan Mu>sa. Bahkan hampir-hampir ia berteriak meminta tolong kepada orang untuk mengambil anaknya itu kembali, yang akan mengakibatkan terbukanya rahasia bahwa Mu>sa adalah anaknya sendiri. Karakter keibuan tersebut juga ditunjukkan oleh pribadi Asa mendapatkan wanita yang cocok untuk menyusui. Maka dirayulah Fir’aun untuk mengerakkan pengawalnya menemukan wanita itu dan akhirnya berhasil membawa Ayarkha, ibu Mu>sa sendiri.

Kedua: naluri melindungi. Naluri melindungi ini muncul sebagai rangkaian dari naluri keibuan yang terefleksikan dalam sifat iba dan emosional terhadap anak. Untuk melindungi jiwa raga bayi Mu>sa, Ayarkha sesaat menelantarkan bayi Mu>sa dengan dihanyutkan di sungai Nil. Itulah yang diyakini dapat menyelamatkannya, sesuai dengan perintah allah. Meskipun demikian, Ayarkha masih berusaha terus untuk menemukan jawaban atas usahanya itu, apakah bayi Mu>sa selamat sesuai dengan rencana.

Untuk memastikan keselamatan bayinya itu, maka Ayarkha mengutus saudara perempuannya untuk mencari berita tentang hal itu. Dengan berpura-pura tidak tahu siapa ibu Mu>sa yang sebenarnya, kemudian menawarkan jasa kepada para petugas kerajaan yang mencari wanita menyusui, seraya berkata: "Maukah kamu aku tunjukkan kepadamu keluarga yang akan memeliharanya untukmu dan mereka dapat Berlaku baik kepadanya?" Menurut riwayat Ibn ‘Abba>s atas tawaran ini mereka menjawab: kenapa kamu begitu peduli dengan kami, apa hubungannmu dengan bayi itu? Saudara Ayarkha menjawab: saya hanya berharap dapat menyenangkan raja Fir’aun dan berharap hadiahnya.[271]

Ketiga : potensi iman. Potensi iman ini ada pada diri Ayarkha dan Asa (sebagaimana dalam al-Qur’a>n , 20 : 38-39 di atas). Meskipun Ayarkha pernah khawatir atas keselamatan Mu>sa karena harus menuruti ilham allah itu, tetapi akhirnya keimanannya kokoh kembali. Ayarkha mengimani bahwa allah akan mempertemukan kembali.[272] Kekokohan iman Ayarkha memang dikondisikan oleh Allah.[273]

Adapun potensi iman A
Potensi iman Ajah bint Khuwaylid, Fa>t}imah bint Muh}ammad, Maryam bint ‘Imra>n dan A’i> dari berbagai sanad dan dari Da>wu>d bin Abi al-Hind. Ibnu ‘Asa>kir juga meriwayatkan hadith serupa dari Abi Bakr ‘Abd Allah bin Da>wu>d Sulayma>n bin al-‘Ash’ath dari Yah}ya bin H{a>tim al-‘Askari> dari Bashar bin Mahra>n bin H{amda>n dari Muh}ammad bin Di>na>r dari Da>wu>d Hind dari al-Sha’bi> dari Ja>bir bin Abd Allah berkata: rasul bersabda: cukuplah wanita terbaik di dunia adalah empat orang saja, yaitu: Fa>t}imah bint Muh}ammad, Khadi>jah bint Khuwaylid, Ah}im dan Maryam bint ‘Imra>n.[275]

d) Etika anak didik

Interaksi pendidikan terhadap Mu>sa memiliki relevansi dengan pembahasan etika anak, utamanya menggambarkan emosional anak. Hal ini sebagaimana terlihat dalam kisah interaksi Mu>sa dengan Fir’aun. Mu>sa pada masa anak-anak telah membuat masalah dengan Fir’aun akibat sikapnya yang aktif dan atraktif. Ketika itu Mu>sa sedang bermain-main dan Fir’aun mendekatinya, lalu Mu>sa berusaha memegang dan menarik jenggotnya. Seketika itu, Fir’aun marah dan memerintahkan untuk membunuh Mu>sa. Kemudian Asa, seraya mengajukan permohonan kepada Fir’aun agar memaklumi perbuatannya karena masih anak kecil.[276]

Karakter aktif Mu>sa semisal itu juga terjadi ketika ia sedang barmain-main, kemudian menabrak kaki kursi raja Fir’aun, sehingga Fir’aun bergoyang dari tempat duduknya. Atas prilaku Mu>sa tersebut, Fir’aun marah dan memerintahkan punggawanya untuk membunuhnya. Lagi-lagi Asa masih belum dapat berfikir, Asa dengan memberi buah-buahan dan bara api ditaruh dihdapannya. Ketika Fir’aun memberinya buah-buahan, maka Mu>sapun mengambilnya. Demikian pula ketika Fir’aun menawarkan bara api, Mu>sapun mengambilnya. Namun diluar dugaan Fir’aun, Mu>sa menyuapkan bara api itu ke mulut firauan sehingga menjadi pelatlah lidahnya. Firauan meminta Mu>sa agar melepaskan suapan bara api itu, namun Mu>sa tidak memahaminya. Akhirnya Fir’aun memaklumi bahwa memang karakter Mu>sa masih anak-anak dan belum memahami tindakannya sendiri. Kalaulah terjadi hal-hal yang menyulitkan orang lain, itu terjadi di luar pertimbangannya. Barulah saat dewasa, Mu>sa memiliki pertimbangan akal, termasuk ketika terlibat dalam perkelahian sehingga harus menolong seorang yang dari golongannya. Sementara membunuh yang dari golongan Fir’aun.

e) Metode pendidikan

Interaksi pendidikan Mu>sa ini dipahami dalam beberapa poin berikut; pertama: pendidikan dengan metode pengasuhan dan perlindungan. Pengasuhan dan perlindungan ini dilakukan oleh Ayarkha dan Asa, dengan maksud agar mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Ayarkha sangat peduli dengan keselamatan Mu>sa karena sesuai dengan amanah ilham allah, bahwa kelak Mu>sa akan menjadi rasulnya. Atas amanah ilham itulah Ayarkha merasa memiliki tanggung jawab yang besar untuk melindunginya.

Usaha-usaha yang dilakukan Asa diantaranya dengan mencarikan wanita yang dapat menyusuinya, disaat Mu>sa pertama kali di istana dan tidak ada yang cocok menyusuinya. Demikian halnya, Asa dari setiap ancaman, utamanya dari suaminya sendiri Fir’aun yang setiap saat berkeinginan untuk membunuhnya. Berkali-kali Fir’aun memiliki kesempatan untuk membunuhnya, namun pada saat itu pula A
Kedua: Memberi pengalaman langsung. Utamanya ketika Mu>sa dalam kehidupan lingkungan istana Fir’aun. Asa untuk berinteraksi, bahkan bermain dengan Fir’aun. Sampai pada akhirnya berkali-kali interaksi Mu>sa dengan Fir’aun mengundang kejengkelannya, karena dianggap melakukan tindakan yang tidak etis. Demikian pula, kebebasan untuk memperoleh pengalaman langsung di luar istana, sampai-sampai Mu>sa terlibat dalam perkelahian. Bahkan Mu>sa sampai pernah membunuh pemuda yang sedang bertengkar.

Kisahnya ketika suatu ketika Mu>sa masuk ke kota (Memphis) dan penduduknya sedang istirahat, maka didapatinya di dalam kota itu dua orang laki-laki yang berkelahi; yang seorang dari golongannya (Bani Israil) dan seorang (lagi) dari musuhnya (kaum Fir’aun). Orang yang dari golongannya meminta pertolongan kepadanya, untuk mengalahkan orang yang dari musuhnya lalu Mu>sa meninjunya, dan matilah musuhnya itu. Mu>sa berkata: "Ini adalah perbuatan syaitan. Yakni Mu>sa menyesal atas kematian orang itu disebabkan pukulannya, Karena dia bukanlah bermaksud untuk membunuhnya, Hanya semata-mata membela kaumnya.

==================================

[254] Nn, Qis}as} al-Anbiya>’, juz 1, 282.

[255]Nn, Qis}as} al-Anbiya>’, juz 1, 282.

[256]Ibid., 282.

[257]al-Nasafi>, Mada>rik, juz 3, 54.

[258]Nn, Qis}as} al-Anbiya>’, juz 1, 282.

[259]Nn, Qis}as} al-Anbiya>’, juz 1, 282.

[260]al-Nasafi>, Mada>rik, juz 3, 54.

[261]Nn, Qis}as} al-anbiya>’, juz 1, 296.

[262]Ibid., 518.

[263]Ibid.

[264]Ibid.

[265]Ibid., 282.

[266]al-Nasafi>, Mada>rik, juz 3, 54.

[267]Nn, Qis}as} al-Anbiya>’, juz 1, 282.

[268]Pemaknaan seperti itu sebagaimana pendapat abd al-Rah}ma>n al-Nah}lawi tentang akar kata tarbiyah. Kata pendidikan (tarbiyah) menurut al-Nahla>wi> memiliki tiga kata dasar yaitu :Pertama : raba> yarbu> raba>’ wa rubuwa, kedua : rabiya yarba mengikuti pola khofiya yakhfa, dan ketiga : rabba yarubbu mengikuti pola madda yamuddu”. Arti yang relevan adalah yang kedua : tarbiyah berasal dari rabiya yarba memiliki pengertian nasha’a dan tara’ra’a yang berarti tumbuh dan berkembang. Adapun arti kata rabba yurabbi> tarbiyah wa turabbi al-walad ayy ghada>h wa ja’alah yarbu> wa hadhabah artinya memberi makanan, mengembangkan dan mendidiknya tingkah lakunya. Abd al-Rah}ma>n al-Nahla>wi>, Us}u>l al-Tarbiyah al-Isla>miyah wa asa>libiha> fi al-bayt wa al-mujtama’ (Mesir: Da>r al-Ma’rifah, 1988), 12.

[269]Nn, Qis}as} al-Anbiya>’, juz 1, 282.

[270]Ibid., 296.

[271]Ibid., 282.

[272]al-Qur’a>n, 28 (al-Qas}as}): 7.

[273]Ibid., 28 (al-Qas}as}): 10.

[274]Ibid., 66 (al-Tah}ri>m): 11.

[275]Nn, Qis}as} al-Anbiya>’, juz 1, 518.

[276]Ibid., 296.

0 komentar:

إرسال تعليق

Comment here

My Famly

About This Blog

My Activity

Blog Archive

  © Blogger template The Professional Template II by Ourblogtemplates.com 2009

Back to TOP