Photobucket

Tafsir Tematik: Interaksi Ya’qub as dan saudara Yusuf as

الثلاثاء، ١٨ ربيع الآخر ١٤٣٠ هـ

Tafsir Tematik: Interaksi Ya’qub as dan saudara Yusuf ast
Oleh : Miftahul Huda


Interaksi pendidikan yang dilakukan Ya’qu>b kepada saudara-saudara Yu>suf banyak sekali. Hal ini terjadi karena “konspirasi” saudara-saudara Yu>suf agar memperoleh perhatian Ya’qu>b melebihi perhatiannya kepada Yu>suf. Rasa iri hati kepada Yu>suf menyebabkan saudara-saudaranya bersekongkol untuk membunuhnya. Siasatpun dilakukan, mulai dari merayu Ya’qu>b agar mengizinkan Yu>suf diajak bermain, menipu ayahnya bukti baju yang berlumuran darah yang menandakan Yu>suf telah dimakan binatang buas sampai pada akhirnya Yu>suf dibuang ke sumur.
Interaksi Ya’qu>b dengan saudara Yu>suf ini sangat dialogis di mana masing-masing terlihat menggunakan pendekatan yang logis dengan bukti-bukti empiris. Pada akhirnya, Yu>suf menjadi solusi atas segala permasalahan keluarganya. Saudara-saudara Yu>suf menjadi sadar akan kesalahan yang dilakukannya dan orang tua Yu>sufpun menjadi kembali penglihatannya. Mereka semua bertemu dan berkumpul di kerajaan Yu>suf dan inilah bagian dari kebenaran ta’wil mimpi Yu>suf yang sudah terjadi di awal kisahnya.

1. Pendidikan Nabi Ya’qu>b terhadap saudara-sarudara Nabi Yu>suf
Pendidikan Ya’qu>b terhadap saudara-saudara Yu>suf ditemui dalam surat Yu>suf. Surat ini dinamakan surat Yu>suf karena titik berat dari isinya mengenai riwayat Nabi Yu>suf a.s. Riwayat tersebut salah satu di antara cerita-cerita ghaib yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad s.a.w. sebagai mukjizat bagi beliau, sedang beliau sebelum diturunkan surat ini tidak mengetahuinya. Bahkan dari cerita Yu>suf a.s. ini, Nabi Muhammad s.a.w. mengambil pelajaran-pelajaran yang banyak dan merupakan penghibur terhadap beliau dalam menjalankan tugasnya.
Pendidikan Ya’qu>b terhadap saudara Yu>suf pada dasarnya menekankan pentingnya kerukunan hidup antara sesama saudara dalam lingkungan rumah tanngga. Begitu pula keteladanan kepala rumah tangga untuk membagi perhatian dan kasih sayang kepada semua anggota kelurga secara adil merupakan kunci persatuan dan kebahagiaan dalam rumah tangga. Munculnya serangkaian kegiatan makar saudara-saudara Yu>suf diantaranya disebabkan oleh kesan Ya’qu>b yang mungkin “diskriminatif” dalam menerapkan kasih sayang. Setidaknya itulah yang dipahami oleh saudara Yu>suf sehingga menimbulkan konflik rumah tangga.
2. Ayat-ayat yang berhubungan dengan pendidikan Nabi Ya’qu>b terhadap saudara-saudara Nabi Yu>suf
Hampir seluruh surat Yu>suf bercerita tentang keluarga Ya’qu>b. Surat Yu>suf ini termasuk memuat cerita yang bernilai pendidikan luhur (ahsan al-qas}as}). Disebut demikian karena alur ceritanya sangat runtut dengan latar belakang permasalahan dan karakter pelaku yang jelas. Demikian pula diakhiri dengan pesan pelajaran yang bersifat solusi atas konflik yang muncul. Adapun interaksi pendidikan Ya’qu>b terhadap saudara-saudara Yu>suf ini tertera dalam surat Yu>suf ayat 12-14,17-18, 63-67, 81-87.

3. Penafsiran ayat
a) Interaksi pertama pada surat Yu>suf ayat 11-14
Aksi saudara-saudara Yu>suf merayu Ya’qu>b agar mengizinkan Yu>suf pergi bermain bersama mereka.
11. Mereka berkata: "Wahai ayah kami, apa sebabnya kamu tidak mempercayai kami terhadap Yu>suf, padahal Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang mengingini kebaikan baginya. 12. Biarkanlah dia pergi bersama kami besok pagi, agar dia (dapat) bersenang-senang dan (dapat) bermain-main, dan Sesungguhnya kami pasti menjaganya."

Dalam kisah pada ayat ini Allah mengingatkan beberapa bukti, hikmah, dalil dan nasehat. Diantaranya ayat ini mengingatkan rasa iri saudara-saudara Yu>suf terhadap kecintaan Ya’qu>b yang lebih banyak dicurahkan kepada Yu>suf dan saudara kandungnya Bunyamin. Sementara mereka tidak mendapatkannya, padahal mereka merasa lebih berhak mendapatka kasih sayang itu daripada Yu>suf dan Bunyamin karena jumlah mereka lebih banyak. Sampai suatu ketika mereka meminta kepada Ya’qu>b agar mengizinkan Yu>suf ikut bepergian bersama mereka menggembala dan bermain. Inilah siasat mereka untuk memperdayai Yu>suf yang tidak diketahui oleh Ya’qu>b.

Menurut para ahli tafsir, saudara-saudara Yu>suf berkata kepada Yu>suf; apakah kamu ingin keluar bersama kami untuk bermain dan berburu? Yu>suf menjawab, ya. Mereka berkata: mintalah izin kepada Ya’qu>b. Ia menjawab: ya, saya akan minta izin. Lalu mereka semua menghadap Ya’qu>b dan berkata: wahai ayahku, Yu>suf ingin ikut bersama kami. Ya’qu>b menjawab, wahai Yu>suf, apakah benar? Ya, jawab Yu>suf. Wahai ayahku, -kata Yu>suf- saya yakin saudara-saudaraku menyayangiku, maka izinkanlah saya pergi bersama mereka. Maka ketika sudah sampai di hutan mereka melaksanakan aksi makarnya dengan bersikap kasar dan memusuhi Yu>suf, bahkan memukulinya. Setelah itu, baru sadarlah Yu>suf akan kebengisan saudara-saudaranya sehingga Yu>suf merintih dan berkata: wahai Ya’qu>b, seandainya kamu mengerti perlakuan kasar saudara-saudaraku, niscaya pasti susah dan menangis. Wahai ayahku, alangkah cepatnya mereka lupa janjinya padamu untuk menjagaku. Lalu Yu>suf menangis denan keras.

Ya’qu>b mengkhawatirkan keselamatan Yu>suf jika pergi bersama saudara-saudaranya. Hal ini sebagai reaksi yang sifatnya menolak atas permohonan saudara-saudara Yu>suf.
13. Berkata Ya’qu>b: "Sesungguhnya kepergian kamu bersama Yu>suf amat menyedihkanku dan Aku khawatir kalau-kalau dia dimakan serigala, sedang kamu lengah dari padanya."

Atas rayuan saudara-saudara Yu>suf itu, Ya’qu>b menjawab: wahai anakku, berat sekali saya melepaskan Yu>suf walau hanya sesaat siang ini saja. Karena saya khawatir kamu asik bermain sementara itau datang serigala menerkam Yu>suf dan Yu>suf tidak mampu membela diri karena masih kecil, sementara kamu tidak menyadari kejadian itu.

Yakni, Ya’qu>b khawatir kalau misalnya nanti Yu>suf dimakan serigala, sementara mereka tidak menyadari. Bahkan kekhwatiran Ya’qu>b ini sungguh-sungguh, tidak saja perumpamaan. Karena tempat bermainnya adalah banyak binatang buasnya semisal serigala. Ketakutan Ya’qu>b terhadap serigala, bukan terhadap rencana pembunuhan Yu>suf, karena Ya’qu>b tidak mengetahui rencana itu. Seandainya Ya’qu>b mengetahui rencana itu, pastilah mengirim bersamanya orang yang dapat menjaganya.

Saudara-saudara Yu>suf balik mereaksi atas jawaban Ya’qu>b yang menolak permintaan mereka. Kali ini reaksi juga disertai dengan alasan yang logis.

14. Mereka berkata: "Jika ia benar-benar dimakan serigala, sedang kami golongan (yang kuat), Sesungguhnya kami kalau demikian adalah orang-orang yang merugi."
Mereka meyakinkan Ya’qu>b, seandainya dimakan serigala, kami dapat menolongnya, karena jumlah kami besar 10 orang. Jika benar hal itu terjadi (dimakan serigala dan kami tidak menyelamatkannya) pastilah kami termasuk orang yang merugi (pengecut, lemah, bodoh).

Firman Allah ” Jika ia benar-benar dimakan serigala, sedang kami golongan (yang kuat)”, yakni, kelompok yang besar pasti dapat menghalau serigala jika akan memangsa Yu>suf. Jika kami tidak dapat melakukan demikian, pastilah kami termasuk orang yang lemah. Dalam ayat ini disebutkan “dimakan serigala”, karena tiga alasan: pertama; karena Ya’qu>b bermimpi bahwa serigala menerkam Yu>suf (pendapat Abu S{a>lih} bin ‘Abba>s). Kedua; karena tempat mereka bermain banyak serigalanya (pendapat Muqa>til).Ketiga; Ya’qu>b menakut-nakuti saudara Yu>suf dengan serigala agar tidak jadi mengajaknya (pendapat al-Ma>wardi>).

b) Interaksi kedua pada surat Yu>suf ayat 17-18
Aksi saudara-saudara Yu>suf menipu Ya’qu>b, dengan mengatakan bahwa Yu>suf diterkam serigala disertai dengan bukti bajunya yang berlumuran darah.

17. Mereka berkata: "Wahai ayah kami, Sesungguhnya kami pergi berlomba-lomba dan kami tinggalkan Yu>suf di dekat barang-barang kami, lalu dia dimakan serigala; dan kamu sekali-kali tidak akan percaya kepada kami, sekalipun kami adalah orang-orang yang benar." 18. Mereka datang membawa baju gamisnya (yang berlumuran) dengan darah palsu.

Menurut penjelasan mufassir, mereka pulang ke rumah pada waktu tengah malam agar disangka alasannya logis (tidak terkesan bohong). Ketika Ya’qu>b mendengar mereka datang langsung menemuinya dan bertanya; wahai anakku apa yang terjadi pada waktu kamu menggembala. Mereka menjawab: tidak ada. Ya’qu>b bertanya: lalu apa yang terjadi, di mana Yu>suf? Mereka menjawab: wahai ayah kami, kami pergi berlomba-lombalalu kami meninggalkan Yu>suf didekat barang-barang kami. lalu dia dimakan serigala; Makna “berlomba-lomba” memiliki tiga arti; pertama: lomba memanah (pendapat Ibn ‘Abba>s dan Ibn Qutaybah), kedua: lomba lari (pendapat al-Sadi>), ketiga: lomba berburu binatang (pendapat Muqa>til). Firman Allah “dan kamu sekali-kali tidak akan percaya kepada kami, sekalipun kami adalah orang-orang yang benar”, memiliki dua makna; petama: jika kami memang berkata benar (pendapat Ibn Ish}a>q), kedua: meskipun kami benar, tetapi kamu tetap akan menuduh berbohong karena kecintaannmu terhadap Yu>suf (pendapat al-Zaja>j). Firman Allah “Mereka datang membawa baju gamisnya (yang berlumuran) dengan darah palsu”, menurut Ibn ‘Abba>s, mereka mengambil anak kambing (menurut riwayat Qata>dah biawak), kemudian disembelih dan membasahi baju Yu>suf dengan darahnya untuk selanjutnya membawa baju itu sebagai bukti kepada ayahnya, namun mereka lupa mengoyaknya. Kemudian Ya’qu>b berkata: kamu semua berbohong! Jika benar Yu>suf dimakan serigala pastilah bajunya terkoyak.

Sebagai reaksi atas tipuan saudara-saudara Yu>suf, Ya’qu>b sama sekali tidak mempercayainya apa yang diceritakan beserta buktinya.


18. Ya’qu>b berkata: "Sebenarnya dirimu sendirilah yang memandang baik perbuatan (yang buruk) itu; Maka kesabaran yang baik Itulah (kesabaranku). dan Allah sajalah yang dimohon pertolongan-Nya terhadap apa yang kamu ceritakan."

Menurut riwayat Ibn Abi> H{a>tim dan Abu al-Shaykh dari Qata>dah berkata: mereka menyembelih biawak, kemudian melumuri baju Yu>suf dengan darahnya. Kemudian Ya’qu>b mencurigai hal itu dan berkata: saya tidak melihat bekas taring dan kuku binatang buas pada baju ini. Alangkah jinaknya serigala yang memangsanya. Pada riwayat lainya disebutkan: Ya’qu>b meraih baju Yu>suf dan ditaruh dimukanya sambil menangisinya, sehingga mukanya berlumuran darah seraya berkata: sungguh! Saya tidak pernah melihat serigala yang lunak seperti hari ini yang dapt memangsa anakku tanpa dengan mengoyak bajunya. Kemudian Ya’qu>b terus menangis dan menjerit dan akhirnya pingsan. Melihat hal itu, saudara-saudara Yu>suf memanggilnya lalu menyiramnya dengan air, tetapi tetap diam. Pada saat itu Yahuza memegang tenggorokan Ya’qu>b, juga tidak ada tanda bernafas, seraya berkata: celaka kita! Kita sudah menelantarkan Yu>suf dan membunuh ayah kita. Kemudian setelah sadar Ya’qu>b berkata: "Sebenarnya dirimu sendirilah yang memandang baik perbuatan (yang buruk) itu...

c) Interaksi ketiga pada surat Yu>suf ayat 63-64
Aksi saudara-saudara Yu>suf untuk merayu Ya’qu>b agar mengizinkan saudara Yu>suf (Bunyamin) untuk jaminan mendapatkan gandum.
63. Maka tatkala mereka Telah kembali kepada ayah mereka (Ya’qu>b) mereka berkata: "Wahai ayah kami, kami tidak akan mendapat sukatan (gandum) lagi, (jika tidak membawa saudara kami), sebab itu biarkanlah saudara kami pergi bersama-sama kami supaya kami mendapat sukatan, dan Sesungguhnya kami benar benar akan menjaganya".

Diceritakan bahwa ketika mereka kembali kerumah lalu mereka memberi salam kepada Ya’qu>b dengan suara perlahan. Reaksi Ya’qu>b balik bertanya, wahai anakku, kenapa kamu mengucapkan salam dengan suara pelan? Di mana Sham’u>n, saya tidak mendengar suaranya? Mereka menjawab: wahai bapak kami, kami kembali dari raja agung yang tiada taranya ilmu, hikmah, ketengan, dan wibawanya. Seandainya ada kemiripan, raja itu justru mirip denganmu, tetapi justru raja itu tidak mempercayai kita lagi sehingga bapak mengirim bersama kami Bunyamin. Benyamin dapat membawa pesan surat darimu yang mengabarkan kesusahanmu, rambutmu yang sudah beruban dan penglihatanmu yang menjadi buta. Jika kami tidak membawa Bunyamin, maka kami tidak akan mendapatkan jatah makanan gandum lagi. Oleh karena itu kirimkan bersama kami Bunyamin, kami pasti menjaganya sampai nanti kembali lagi kepadamu.

Sebagai reaksi atas permohonan saudara-saudara Yu>suf, Ya’qu>b tidak mempercayainya untuk yang kedua kali.
64. Berkata Ya’qu>b: "Bagaimana Aku akan mempercayakannya (Bunyamin) kepadamu, kecuali seperti Aku Telah mempercayakan saudaranya (Yu>suf) kepada kamu dahulu?". Maka Allah adalah sebaik-baik Penjaga dan dia adalah Maha Penyanyang diantara para penyanyang.


Firman Allah “Berkata Ya’qu>b: "Bagaimana Aku akan mempercayakannya (Bunyamin) kepadamu” adalah berupa pertanyaan menyangkal dari Ya’qu>b. Artinya bahwa Ya’qu>b tidak mempercayainya sebagaimana dulu kejadiannya seperti Yu>suf. Kamu lagi-lagi mengatakan hal itu kedua kalinya, maka saya tidak mempercayaimu kamu dapat menjaganya. Aku hanya menyerahkan permasalahan ini kepada Allah karena Allahlah sebaik-baik penjaga dan di adalah Maha Penyayang di antara para penyayang. Saya berharap kepada Allah menjaga Bunyamin dan agar menghindarkan dari musibah kedua kali.

d) Interaksi keempat pada surat Yu>suf ayat 65-67
Aksi saudara-saudara Yu>suf agar Ya’qu>b mengizinkan Bunyamin pergi bersama mereka. Kali ini mereka meberi alasan yang logis, bahwa usahanya meminta gandum berhasil, bahkan ditambah lebih banyak.
65. Tatkala mereka membuka barang-barangnya, mereka menemukan kembali barang-barang (penukaran) mereka, dikembalikan kepada mereka. mereka berkata: "Wahai ayah kami apa lagi yang kita inginkan. Ini barang-barang kita dikembalikan kepada kita, dan kami akan dapat memberi makan keluarga kami, dan kami akan dapat memelihara saudara kami, dan kami akan mendapat tambahan sukatan (gandum) seberat beban seekor unta. itu adalah sukatan yang mudah (bagi raja Mesir)".

Menurut riwayat Abu Ja’far: ketika saudara-saudara Yu>suf membuka barang-barangnya yang dibawa dari Yu>suf di Mesir, mereka menemukan kembali barang-barang (penukaran) mereka seharga barang yang ditukarkannya. Mereka berkata: “wahai ayah kami apa lagi yang kita inginkan. Ini barang-barang kita dikembalikan kepada kita”. Yakni apa lagi yang kita inginkan? Barang-barang kami dikembalikan karena kebaikan mereka terhadap apa yang kita perbuat.

Firman Allah “itu sukatan yang mudah (bagi raja Mesir)” yakni sukatan yang sedikit tidak cukup bagi kami. Mereka menganggap sedikit sukatan itu, dan mengharapkan agar diperbolehkan kembali lagi sehingga mendapat sukatan yang lebih banyak dari raja Yu>suf. Ayat ini juga berarti menunjukkan pada sukatan yang dibawa oleh untunya yang menurut Ya’qu>b juga sedikit dan tidak cukup untuk keluarganya.


Reaksi Ya’qu>b menjadi kooperatif atas permohonan saudara-saudara Yu>suf yang telah mengemukakan alasannya itu. Hanya saja Ya’qu>b memberikan prasarat agar memberi jaminan dapat mengembalikan Bunyamin dengan selamat.
66. Ya’qu>b berkata: "Aku sekali-kali tidak akan melepaskannya (pergi) bersama-sama kamu, sebelum kamu memberikan kepadaku janji yang teguh atas nama Allah, bahwa kamu pasti akan membawanya kepadaku kembali, kecuali jika kamu dikepung musuh". tatkala mereka memberikan janji mereka, Maka Ya’qu>b berkata: "Allah adalah saksi terhadap apa yang kita ucapkan (ini)". 67. Dan Ya’qu>b berkata: "Hai anak-anakku janganlah kamu (bersama-sama) masuk dari satu pintu gerbang, dan masuklah dari pintu-pintu gerbang yang berlain-lain; namun demikian Aku tiada dapat melepaskan kamu barang sedikitpun dari pada (takdir) Allah. Keputusan menetapkan (sesuatu) hanyalah hak Allah; kepada-Nya-lah Aku bertawakkal dan hendaklah kepada-Nya saja orang-orang yang bertawakkal berserah diri".



Menurut Abu Ja’far firman Allah ini bermakna: Ya’qu>b berkata pada anak-anaknya; saya tidak akan mengirimkan Benyamin bersamamu ke raja Mesir (sebelum kamu memberikan kapadaku janji yang teguh atas nama Allah). Janji yang teguh ini maksudnya janji atau sumpah yang dapat dipercaya bahwa pasti akan membawanya kepadaku kembali (kecuali jika kamu dikepung musuh) sehingga kamu semua tidak berdaya membawanya kembali.


e) Interaksi kelima pada surat Yu>suf ayat 81-87
Aksi saudara-saudara Yu>suf menipu Ya’qu>b dengan mengatakan bahwa Bunyamin mencuri, sehingga ditahan oleh pihak Kerajaan Mesir. Hal ini disertai bukti agar bertanya kepada rombongan yang kebetulan bersama mereka.
81. Kembalilah kepada ayahmu dan Katakanlah: "Wahai ayah kami! Sesungguhnya anakmu Telah mencuri, dan kami Hanya menyaksikan apa yang kami ketahui, dan sekali-kali kami tidak dapat menjaga (mengetahui) barang yang ghaib. 82. Dan tanyalah (penduduk) negeri yang kami berada disitu, dan kafilah yang kami datang bersamanya, dan Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang benar".
Abu Ja’far meriwayatkan: ayat ini menjelaskan perkataan Robel kepada saudara-saudaranya ketika Yu>suf menahan Bunyamin karena pada karungnya terdapat piala raja yang sedang dicari-cari. Robel berkata: wahai saudara-saudaraku, pulanglanglah dan katakana pada Ya’qu>b bahwa Bunyamin telah mencuri (sehingga ditahan Yu>suf). Para ahli ta’wil berbeda pendapata tentang hal ini. Menurut Ibn H{umayd dari Salamah dari Ish}aq berpendapat: Benyamin mengatakan sesuai fakta yang dilihatnya bahwa telah terdapat piala raja pada karungnya. Benyamin menyatakan tidak akan pulang sebelum permasalahannya jelas sehingga memerintahkan saudaranya pulang dan menjelaskan permasalahan ini pada ayahnya. Bunyamin juga menyuruh mengatakan padanya bahwa “sekali-kali kami tidak dapat menjaga (mengetahui) barang yang ghaib”.

Pada ayat 82 tersebut ada dua permasalahan. Pertama: firman Allah “Dan tanyalah (penduduk) negeri yang kami berada disitu”, maksudnya mereka saudara-saudara Yu>suf memperkuat kesaksiannya terhadap apa yang terjadi pada Bunyamin, sehingga tidak dicurigai berkata bohong. Perkataan: “dan (tanyakan pada) kafilah yang kami datang bersamanya”, yakni kafilah dari penduduk Mesir yang bersama mereka pada saat itu. Firman Allah “dan Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang benar" menurut hukum fikih bahwa orang yang yakin akan kebenarannya akan selalu membelanya dan berusaha membuang jauh tuduhan-tudahan dari pihak lain yang tidak benar.


Sebagai reaksi atas tipuan itu, Ya’qu>b kembali tidak mempercayainya, bahkan semakin yakin Allah akan mengembalikan Bunyamin dan Yu>suf kepadanya. Hanyasaja kondisi Ya’qu>b semakin meprihatinkan karena sangat tertekan atas musibah itu, dan bahkan menjadi buta.
83. Ya’qu>b berkata: "Hanya dirimu sendirilah yang memandang baik perbuatan (yang buruk) itu. Maka kesabaran yang baik Itulah (kesabaranku). Mudah-mudahan Allah mendatangkan mereka semuanya kepadaku; Sesungguhnya Dia-lah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana".84. Dan Ya’qu>b berpaling dari mereka (anak-anaknya) seraya berkata: "Aduhai duka citaku terhadap Yu>suf", dan kedua matanya menjadi putih Karena kesedihan dan dia adalah seorang yang menahan amarahnya (terhadap anak-anaknya).
Ya’qu>b berkata kepda saudara-saudara Yu>suf ketika datang membawa baju Yu>suf yang berlumuran darah “Hanya dirimu sendirilah yang memandang baik perbuatan (yang buruk) itu, Maka kesabaran yang baik Itulah (kesabaranku)”. Menurut riwayat Muhammad bin Ishaq kata-kata itu diucapkan Ya’qu>b untuk menolak membenarkan kata-kata saudara Yu>suf. Menurut penjelasan lainya perkataan itu diucapkan untuk memperkuat keraguan sebagimana ketika pertama kali ingin mengajak Yu>suf pergi. Atas kejadian ini Ya’qu>b mengharap kepada Allah jika memungkinkan agar mengembalikan ketiga anaknya yaitu: Yu>suf, bunyamin dan Robel yang berada di Mesir. Oleh karenanya Ya’qu>b berkata: “Mudah-mudahan Allah mendatangkan mereka semuanya kepadaku; Sesungguhnya Dia-lah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana".

Ayat 84 mengandung tiga permsalahan: pertama; perkataan “Dan Ya’qu>b berpaling dari mereka (anak-anaknya)” yakni Ya’qu>b bertambah susah lagi dan berpaling dari mereka ketika mendengar kabar yang menimpa Bunyamin. Ya’qu>b juga merasa kasihan karean musibah baru yang menimpa Yu>suf seraya berkata: "Aduhai duka citaku terhadap Yu>suf" dan ketika itu hampir saja melupakan musibah yang menimpa bunyamin. Perkataan “dan kedua matanya menjadi putih Karena kesedihan” yakni Ya’qu>b tidak dapat melihat (buta) selama enam tahun (pendapat Muqa>til). Kedua: perkataan pada ayat ini menunjukkan bahwa tidak meskipun berpaling (iltifa>t) ketika dalam salat tidak batal, tetapi menunjukkan kurang sempurna. Ketiga: makna “ kesedihan Ya’qu>b yang mendalam” artinya ada tiga; pertama: Ya’qu>b ketika mengetahui Yu>suf masih hidup, maka sangat menkhawatirkan agamanya sehingga bertambah susah. Kedua: Ya’qu>b teringat, menyesali dan bertambah susah ketika membiarkan Yu>suf kecil pergi bersama saudara-saudaranya. Ketiga: Ya’qu>b bertambah susah karena saudara-saudara Yu>suf menelantarkannya. Kesusahan Ya’qu>b ini tidak sampai ditunjukkan berlebihan sehingga merobek-robek bajunya. Ayat Allah “dan dia adalah seorang yang menahan amarahnya (terhadap anak-anaknya)” maksudnya sangat mengendalikan diri mesipun memuncak amarahnya.

f) Interaksi keenam pada surat Yu>suf ayat 94-95
Aksi Ya’qu>b secara demonstratif meyakini bahwa Yu>suf masih hidup.
94. Tatkala kafilah itu Telah ke luar (dari negeri Mesir) Berkata ayah mereka: "Sesungguhnya Aku mencium bau Yu>suf, sekiranya kamu tidak menuduhku lemah akal (tentu kamu membenarkan aku)".
Perkataan “ Tatkala kafilah itu Telah ke luar (dari negeri Mesir)” yakni keluar dari singgasana Mesir menuju nergeri Kan’a>n maka “Berkata ayah mereka” yakni Ya’qu>b berkata kepada cucunya: "Sesungguhnya Aku mencium bau Yu>suf”. Dicertikan bahwa bau baju Yu>suf atas izin Allah sampai pada Ya’qu>b sebelum kafilah itu sendiri datang kepadanya. Menurut Muja>hid bahwa Ya’qu>b mencium bau Yu>suf tiga hari atau delapan hari (riwayat Ibn ‘Abba>s) sebelum datangnya kafilah. Padahal (menurut al-H{asan) jaraknya mencapai delapan farsakh. “Sekiranya kamu tidak menuduhku lemah akal (tentu kamu membenarkan aku)" yakni: jika kamu tidak menuduhku bodoh (riwayat Ibn ‘Abba>s), pikun (pendapat al-D{ah}a>k), sesat (pendapat Abu ‘Ubaydah) dan asal kata al-fanad adalah rusak.

Reaksi kontroversi muncul dari saudara-saudara Yu>suf atas keyakinan Ya’qu>b yang masih menyayangi dan meyakini Yu>suf masih hidup.
95. Keluarganya berkata: "Demi Allah, Sesungguhnya kamu masih dalam kekeliruanmu yang dahulu ".
“Keluarganya berkata” yakni cucu-cucnya “"Demi Allah, Sesungguhnya kamu masih dalam kekeliruanmu yang dahulu " yakni kekeliruanmu masih seperti dulu tidak logis kenapa mencintai dan mengingat-ingat Yu>suf terus, kerena menurut mereka Yu>suf telah mati.


g) Interaksi ketuju pada surat Yu>suf ayat 96
Aksi sebagian saudara Yu>suf mengusapkan baju Yu>suf di wajah Ya’qu>b sehingga dapat melihat kembali.
96. Tatkala Telah tiba pembawa kabar gembira itu, Maka diletakkannya baju gamis itu ke wajah Ya’qu>b, lalu kembalilah dia dapat Melihat.
Menurut riwayat Muja>hid yang membawa kabar gembira ini adalah Yahu>dha. Dia berkata pada saudara-saudaranya: saya dulu membawa berita yang menyusahkan (Yu>suf diterkam sertigala) kepada Ya’qu>b, maka biarkan aku sekarang membawa baju Yu>suf kepadanya sebagai berita yang menyenangkan. Menurut riwayat Ibn ‘Abba>s: yang membawa berita ini adalah Ma>lik bin Dha’r bersama-sama rombongan kafilah beronta untuk kemudian disampaikan pada Ya’qu>b, lalu bajunya diberikan padanya. Riwayat ini juga didasarkan pada sahabat Farqad berkata dimana Ya’qu>b mengambil baju itu kemudian menciuminya dan mengusapkan pada mukanya dan seketika itu Ya’qu>b kembali dapat melihat. Hal ini menunjukkan bahwa sudah menjadi tradisi jika manusia meyakini sesuatu ada barakahnya, maka mengusapkannya pada mukanya. Dikatakan pula: kenapa mengusapkan pada wajahnya, karena disitulah terdapat kedua mata. Dengan demikian maka kembalilah penglihatan Ya’qu>b seperti semula.

Sebagai reaksi atas kesangsian saudara-saudara Yu>suf, maka Ya’qu>b menegaskan bahwa pengetahuannya lebih luas daripada apa yang diketahuinya.
Berkata Ya’qu>b: "Tidakkah Aku katakan kepadamu, bahwa Aku mengetahui dari Allah apa yang kamu tidak mengetahuinya".

“Berkata Ya’qu>b: Tidakkah Aku katakan kepadamu” yakni ketika berkata: saya mendapati bau Yu>suf dimana pembicaraan ini ditujukan kepada keluarganya dari Kan’a>n. Atau perkataannya kepada anak-anaknya yang berbunyi “ dan janganlah kamu putus asa dari rahmat Allah” dimana penafsirian yang teakhir inilah yang lebih tepat maknanya dengan ayat ini.

h) Interaksi kedelapan pada surat Yu>suf ayat 97-98
Aksi saudara-saudara Yu>suf untuk merayu Ya’qu>b agar memaafkan atas segala kesalahannya yang telah diperbuat.
97. Mereka berkata: "Wahai ayah kami, mohonkanlah ampun bagi kami terhadap dosa-dosa kami, Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang bersalah (berdosa)".

Pada ayat ini dijelaskan bahwa saudara-saudara Yu>suf meminta maaf kepada Ya’qu>b atas kesalahannya, dengan nada yang lembut dan rasa kasih sayang seraya berkata: "Wahai ayah kami, mohonkanlah ampun bagi kami terhadap dosa-dosa kami”. Disinilah dipahami bahwa mereka mengakui kesalahannya dan meminta maaf. Mereka seakan merasa yakin akan diampuni oleh Ya’qu>b, sehingga perlu meminta maaf. Mereka meminta kerendahan hati Ya’qu>b agar memaafkan, jika tidak memafkan pastilah mereka termasuk orang yang merugi karena menanggung dosanya, sehingga kepada siapa harus meminta maaf.

Ya’qu>b menerima permintan maaf saudara-saudara Yu>suf.
98. Ya’qu>b berkata: "Aku akan memohonkan ampun bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha penyayang".

Atas permintan maaf saudara-saudara Yu>suf itu maka Ya’qu>b menjawabnya “"Aku akan memohonkan ampun bagimu kepada Tuhanku, Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha penyayang". Ibn ‘Abba>s meriwayatkan hadith marfu>’: bahwa Ya’qu>b menangguhkan pemberian maafnya samapi waktu sahur, karena doa pada waktu itu dikabulkan. Dalam riwayat T{urmuzi> disebutkan bahwa Ya’qu>b menangguhkan sampai malam jum’at. Bahkan menurut Ibn Jabi>r ditangguhkan sampai waktu hari tanggal 13-15 bulan purnama karena doa pada saat itu dikabulkan. Menurut al-Sha’bi>, sampai Ya’qu>b meminta izin pada Yu>suf untuk memaafkan. Waktu pengampunan itu ditangguhkan untuk mengetahui kesungguhan mereka bertaubat.

4. Sabab nuzul ayat
Tidak dijumpai sabab nuzul yang menjelaskan interaksi pendidikan Ya’qu>b terhadap saudara-saudara Yu>suf. Sabab nuzul pada surat Yu>suf hanya terdapat dalam ayat 3 yang mana surat Yu>suf ini merupakan jawaban bagi permintaan sahabat kepada nabi agar nabi memberi cerita kepada mereka.
5. Kandungan ayat
Kandungan ayat 12-14,17-18, 63-67, 81-87 surat Yu>suf tersebut secara garis besar sebagai berikut:
f) Saudar-saudara Yu>suf iri terhadap perlakuan istimewa Ya’qu>b terhadap Yu>suf, sehingga mereka merasa diabaikan.
g) Saudara-saudara Yu>suf bersekongkol untuk membinasakan Yu>suf sehingga mereka menyusun serangkaian tipu daya.
h) Tipu daya dilakukan terhadap Ya’qu>b meliputi: membujuk agar Yu>suf boleh diajak berburu, membohonginya bahwa Yu>suf diterkam serigala, memasukkan dalam sumur, meminta Bunyamin ikut sebagai jaminan mendapat makanan, memaki perilaku Ya’qu>b yang masih meyakini Yu>suf hidup dan menyadari kesalahannya sehingga meminta ampun pada Ya’qu>b.
i) Ya’qu>b menuruti apa saja yang dimintakan saudara-saudara Yu>suf, mulai dari mengizinkan Yu>suf bersama mereka dan mengizinkan Bunyamin.
j) Ya’qu>b mempercayakan kepada Allah bahwa semua permasalahannya akan ada penyelesaiannya.
6. Analisa
a) Tujuan pendidikan
Interaksi intensif antara Ya’qu>b dengan saudara-saudara Yu>suf terjadi akibat penilaian mereka bahwa Ya’qu>b telah menginstimewakan Yu>suf dan Bunyamin. Sementara mereka merasa sebagai anggota keluarga yang lebih tua dan jumlahnya lebih banyak, namun tidak mendapatkan kasih sayang yang memadai. Akhirnya mereka merasa iri dan selanjutnya melahirkan serangkaian rencana untuk mencelakai Yu>suf, mulai dari diajak bermain hingga pada akhirnya dibuang ke sumur. Untuk menjalankan aksinya itu, mereka harus membujuk Ya’qu>b, bahkan tidak jarang melakukan kebohongan-kebohongann dengan disertai alasan-alasan yang logis dan bukti-bukti empiris.
Interaksi pendidikan Ya’qu>b terhadap saudara-saudara Yu>suf pada akhrinya bertujuan untuk menunjukkan bahwa tidak ada tindakan diskriminasi terhadap anak-anaknya (sebgaimana diasumsikan oleh saudara-saudara Yu>suf) dan utamanya untuk menghilangkan rasa iri hati saudara-saudara Yu>suf. Kalaulah Ya’qu>b lebih memperhatikan Yu>suf lebih disebabkan oleh tanggung jawab seorang ayah untuk melindunginya, karena ia masih kecil di antara anggota keluarganya. Disamping itu, karena Yu>suf telah menceritakan mimpinya, sehingga menambah kewaspadaan terhadap gangguan dari saudaranya. Ya’qu>b berkewajiban mengamankan kehidupan Yu>suf dari seluruh gangguan yang mengancam kehidupannya, karena kelak Yu>suf akan menjadi rasul Allah.
Berdasarkan data kajian di atas, setidaknya terjadi tuju kali proses interaksi antara Ya’qu>b dan saudara-saudara Yu>suf. Interaksi itu diawali dari aksi dan akhirnya menimbulkan reaksi baik dari pihak Ya’qu>b maupun saudara-saudara Yu>suf. Aksi yang datang dari saudara-saudara Yu>suf terhadap Ya’qu>b lebih dominan (terhitung tuju kali) daripada aksi yang didahului oleh Ya’qu>b. Dari masing-masing interaksi tersebut dapat disimpulkan tujuan sebagai berikut:
Interaksi pertama: dimulai dengan aksi saudara-saudara Yu>suf merayu Ya’qu>b agar mengizinkan Yu>suf pergi bermain bersama mereka. Sementara itu, Ya’qu>b mengkhawatirkan keselamatan Yu>suf bersama mereka. Oleh karenanya, kekhawatiran Ya’qu>b ini mengandung tujuan agar saudara-saudara Yu>suf belajar mengasuh dan bertanggung jawab terhadap keselamatan saudaranya Yu>suf. Interaksi kedua: Aksi saudara-saudara Yu>suf menipu Ya’qu>b, dengan mengatakan bahwa Yu>suf diterkam serigala disertai dengan bukti bajunya yang berlumuran darah. Sebagai reaksi atas tipuan saudara-saudara Yu>suf, Ya’qu>b sama sekali tidak mempercayainya apa yang diceritakan beserta buktinya. Reaksi Ya’qu>b ini bertujuan menyangkal kebenaran yang didakwakan saudara-saudara Yu>suf dan untuk menanamkan sifat kejujuran pada diri mereka. Interaksi ketiga: Aksi saudara-saudara Yu>suf untuk merayu Ya’qu>b agar mengizinkan saudara Yu>suf (Bunyamin) untuk jaminan mendapatkan gandum. Sebagai reaksi atas permohonan saudara-saudara Yu>suf, Ya’qu>b tidak mempercayainya untuk yang kedua kali. Tindakan Ya’qu>b ini bertujuan untuk menanamkan rasa amanah terhadap transaksi yang sudah dijanjikan. Interaksi keempat: Aksi saudara-saudara Yu>suf agar Ya’qu>b mengizinkan Bunyamin pergi bersama mereka. Kali ini mereka meberi alasan yang logis, bahwa usahanya meminta gandum berhasil, bahkan ditambah lebih banyak sehingga layak diberi kepercayaan membawa pergi Bunyamin. Reaksi Ya’qu>b menjadi kooperatif atas permohonan saudara-saudara Yu>suf yang telah mengemukakan alasannya itu. Hanya saja Ya’qu>b memberikan prasarat agar memberi jaminan dapat mengembalikan Bunyamin dengan selamat. Hal ini memberikan arti pendidikan loyalitas terhadap amanat yang telah diberikan.
Interaksi kelima: Aksi saudara-saudara Yu>suf menipu Ya’qu>b dengan mengatakan bahwa Bunyamin mencuri, sehingga ditahan oleh pihak Kerajaan Mesir. Sebagai reaksi atas tipuan itu, Ya’qu>b kembali tidak mempercayainya, bahkan semakin yakin Allah akan mengembalikan Bunyamin dan Yu>suf kepadanya. Hal ini menekankan pendidikan berlaku sabar. Interaksi keenam: Aksi Ya’qu>b secara demonstratif meyakini bahwa Yu>suf masih hidup. Reaksi kontroversi muncul dari saudara-saudara Yu>suf atas keyakinan Ya’qu>b yang masih menyayangi dan meyakini Yu>suf masih hidup. Aksi Ya’qu>b itu dimaksudkan untuk menanamkan nilai keimanan kepada Allah dimana orang yang benar pasti akan diselamatkan Allah. Interaksi ketuju: Aksi sebagian saudara Yu>suf mengusapkan baju Yu>suf di wajah Ya’qu>b, sehingga dapat melihat kembali. Sebagai reaksi atas kesangsian saudara-saudara Yu>suf, maka Ya’qu>b menegaskan bahwa pengetahuannya lebih luas daripada apa yang diketahuinya. Hal ini berarti menunjukkan bahwa pendidikan bertujuan untuk melatih pribadi berpegang teguh pada idealitas kebenaran. Interaksi kedelapan: Aksi saudara-saudara Yu>suf untuk merayu Ya’qu>b agar memaafkan atas segala kesalahannya yang telah diperbuat. Ya’qu>bpun menerima permintan maaf saudara-saudara Yu>suf. Pada interaksi terakhir ini jelaslah bahwa Ya’qu>b menekankan pentingnya pendidikan bertaubat atas segala kesalahan.
b) Materi pendidikan
Dalam perspektif materi pendidikan, maka interaksi pendidikan yang dilakukan Ya’qu>b terhadap saudara-saudar Yu>suf ini memiliki penekanan materi pendidikan sebagai berikut: 1) Pendidikan bertanggung jawab. Hal ini sebagaimana ditunjukkan dalam kisah di atas, bagaimana saudara-saudara Yu>suf harus bertanggung jawab atas keselamatan Yu>suf ketika mereka bermain dengannya. 2) Pendidikan kejujuran. Ya’qu>b tidak mempercayai sedikitpun tindakan bodoh saudara-saudara Yu>suf yang mengatakan bahwa Yu>suf telah diterkam serigala. Ya’qu>b menuntut kejujuran prilaku yang muncul dari hati nurani, bukan dari ambisi dan rasa iri. 3) Pendidikan amanat. Ya’qu>b menekankan kembali kepada saudara-saudara Yu>suf bagaimana seharusnya mengemban amanat dapat menjaga Bunyamin dengan selamat agar tidak terulang kasus seperti Yu>suf. 4) Pendidikan loyalitas. Ya’qu>b melatihkan bagaimana caranya memeliki kesetiaan terhadap janji yang sudah disepakati, berupa dapat memeberi jaminan atas keselamatan Bunyamin. Walupun pada akhirnya mereka juga melanggar loyalitas itu.
Meteri berikutnya, 5) Tentang pendidikan kesabaran. Ya’qu>b menujukkan bagaimana berlaku sabar atas musibah yang bertubi-tubi. Setelah kehilangan Yu>suf yang dicintai kemudian disusul dengan kehilangan Bunyamin. Meskipun secara fisik menderita, bahkan sampai buta, akan tetapi tetap memiliki ketabahan yang kokoh. 6) Pendidikan keimanan. Ya’qu>b meyakini sepenuhnya bahwa Allah akan menyelamatkan orang-orang yang berbuat benar. Hal ini ditunjukkan dengan meyakini bahwa Yu>suf masih hidup, sementara hal itu dibantah oleh saudara-saudara Yu>suf. 7) Pendidikan memperjuangkan idealitas kebenaran. Ya’qu>b berdiri kokoh pada prinsipnya bahwa pengetahuannya yang tidak dipahami oleh saudara-saudara Yu>suf lambat laun akan dipahaminya. Materi terakhir adalah 8) Pendidikan bertaubat. Hal ini sebagaimana ditunjukkan, bahwa saudara-sauara Yu>suf akhirnya meminta ampun pada Ya’qu>b dan Ya’qu>b ternyata mengampuni semua kesalahan-kesalahan yang diperbuat oleh saudara-saudara Yu>suf itu.
c) Karakter pendidik
Dalam interaksinya dengan saudara-saudara Yu>suf, Ya’qu>b memiliki beberapa karakter yang disesuaikan dengan kontek interaksi itu sendiri. Sejauh data yang diperoleh di atas, interaksi Ya’qu>b terhadap saudara-saudara Yu>suf terjadi selama delapan kali. Oleh karenanya, karakter Ya’qu>b dapat dipahami dari interaksi tersebut. Karakter interaksi itu sendiri lebih didominasi dengan bentuk dissasosiatif, yakni interaksi yang terjadi dilatar belakangi oleh faktor persaingan ataupun bahkan pertikaian. Baru dimensi assosiatif terlihat pada akhir kisah, yaitu ketika mereka merasa bersalah dan harus meminta maaf. Disinilah terlihat interaksi yang dilandasi atas kerjasama sehingga lebih bersifat akomodatif.
Pada intinya karakter Ya’qu>b disimpulkan sebagai berikut: 1) memberikan pengalaman belajar secara riil kepada anak didik. Anak didik diberi kesempatan untuk belajar nilai-nilai kehidupan meliputi sikap bertanggung jawab, jujur, amanah, loyal terhadap kebenaran, sabar, meningkatkan iman, semangat berjuang dan membangun kesadaran pribadi. 2) Akomodatif terhadap alasan anak didik. Meskipun interaksi Ya’qu>b dengan saudara Yu>suf banyak bersifat dissasosiatif, namun Ya’qu>b tetap menghormati alasan-alasan mereka, sehingga pada akhirnya tetap memenuhi permintaannya. 3) Berfikir logis dan menggunakan kepekaan hati nurani. Ya’qu>b tidak saja menerima semua alasan yang diajukan oleh saudara Yu>suf, namun tetap memiliki logika tersendiri dalam menyikapi berbagai masalah tersebut. Alur logika Ya’qu>b itu dipadu dengan kepekaan hati nuraninya yang tentunya memiliki keterkaitan dengan mu’jizat sebagai bentuk keistimewaan dari Allah atas rasulnya.
Karakter berikutnya, 4) Menerapkan sistem dialog sebagai saluran pendidikan. Hal ini sebagaimana diungkapkan di atas, dialog terjadi selama delapan kali dimana masing-masing menggunakan alasan-alasan empiris dan logis. 5) Memberlakukan anak didik sesuai dengan potensinya. Pada akhirnya, kecintaan terhadap Yu>suf dimaksudkan adalah untuk memberikan tindakan interaktif yang proporsional sesuai dengan tingkat potensi dan urgensi anak didik dalam kehidupan.

d) Etika anak didik
Sebagaimana karakter Ya’qu>b sebagai pendidik tergambar dari interaksinya dengan saudara-saudara Yu>suf, demikian pula etika anak didik dapat dipahami dari proses tersebut. Lebih tepatnya adalah menggambarkan karakter anak didik, karena tidak semua yang dilakukan saudara Yu>suf bersifat etis. Karakter-karakter saudara Yu>suf terbangun sedemikian rupa secara komunal akibat dari sikap Dissasosiatif yang berupa persaingan memperoleh kasih sayang Ya’qu>b. Rasa persaingan ini terjadi sebagai akumulasi dari rasa iri yang berujung pada serangkaian tindak kebohongan yang dilakukan kepada Ya’qu>b dimana ia menjadi pelindung utama Yu>suf dalam keluarga. Kebohongan itu dilakukan untuk mencelakai Yu>suf, sehingga kalau Yu>suf sudah tersingkir tidak ada lagi yang menjadi saingan untuk memperoleh kasih sayang Ya’qu>b.
Karakter iri hati yang melahirkan persaingan atau bahkan pertikaian itu dilakukan atas pertimbangan yang logis dan empiris. Karakter logis dan empiris ini terlihat pada mayoritas tindakan kebohongan yang dilancarkan terhadap Ya’qu>b. Mereka merayu Ya’qu>b agar mengizinkan Yu>suf pergi bersamanya dengan alasan bermain. Giliranya pulang kepada Ya’qu>b, mereka memperdayainya dengan mengatakan bahwa Yu>suf diterkam serigala disertai bukti bajunya yang dilumuri darah. Berikutnya, mereka meminta Bunyamin pergi bersamanya sebagai jaminan mendapatkan gandum. Lagi-lagi waktu pulang, Ya’qu>b dikejutkan dengan berita bohongnya yang mengatakan bahwa Bunyamin telah mencuri sehingga harus ditahan oleh pihak kerajaan Mesir.
Dari uraian tersebut terlihat bahwa karakter saudara-saudara yusuf dilandasi atas rasa iri, melahirkan persaingan dan akhirnya memaksakan pada tindakan kebohongan yang dibangun atas pertimbangan yang logis dan menyertakan data empiris. Karakter-karakter ini tentunya tidak ada unsur positifnya dalam perspektif anak didik. Hanya saja, ada satu etika yang perlu ditiru adalah munculnya sikap sadar diri atas segala tindak kebohongan yang telah dilakukan terhadap Ya’qu>b. Kesadaran akan keterbatasan diri tersebut muncul setelah mereka memperoleh sejumlah pengalaman belajar yang ternyata tindakan yang dilakukan selama itu tidaklah terpuji. Logika dan bukti empiris yang digunakan untuk mengelabuhi Ya’qu>b ternyata tidak mampu mematahkan kebenaran transendensi yang hakiki.

e) Metode pendidikan
Metode pendidikan Ya’qu>b atas saudara-saudara Yu>suf ini lebih bersifat dialogis-problematis dengan pendekatan logis dan empiris. Pengetahuan pendidikan dikomunikasikan melalui pemberian pengalaman langsung kepada anak didik. Pengetahuan tidak dipaksakan dari pendidik kepada anak didik secara otoriter, tetapi anak didik diberi kesempatan untuk memperoleh pengetahuan itu melalui dialog dengan realitas kehidupan. Dialogi pengetahuan pendidikan secara realistis ini berimbas pada muncul problem-problem krusial pada kasus saudara-saudara Yu>suf. Problem iri hati saudara-saudara Yu>suf atas perlakuan istimewa Ya’qu>b kepada Yu>suf mewakili inti permasalahan keluarga Ya’qu>b.
Kontek interaksi antara pendidik dan anak didik dalam rangka ingin mempengarui satu dengan lainya sama-sama menggunakan bangunan aksi yang logis dan empiris. Ya’qu>b berulang kali menggunakan logikanya untuk menyangkal bukti empiris yang diajukan saudara-saudara Yu>suf. Ketika mereka merayu Ya’qu>b agar Yu>suf diizinkan bermain dengan mereka dan mereka dapat menjaganya dengan alasan mereka adalah kelompok besar yang kuat, maka Ya’qu>bpun menyangkalnya. Alasan Ya’qu>b karena tempat yang dituju itu merupakan tempat yang banyak serigalanya (pendapat Muqa>til). Demikian pula Ya’qu>b menakut-nakuti saudara Yu>suf dengan serigala agar tidak jadi mengajaknya (pendapat al-Ma>wardi>).
Logika lainya ditunjukkan ketika mereka membawa baju Yu>suf yang berlumuran darah, Ya’qu>b mengkritiknya dengan alasan tidak ada bekas cabikan binatang buas. Kecurigaan Ya’qu>b ini sebagaimana diriwayatkan oleh Ibn Abi> H{a>tim dan Abu al-Shaykh dari Qata>dah berkata: mereka menyembelih biawak, kemudian melumuri baju Yu>suf dengan darahnya. Kemudian Ya’qu>b mencurigai perkataan mereka seraya berkata: saya tidak melihat bekas taring dan kuku binatang buas pada baju ini. Alangkah jinaknya serigala yang memangsanya. Demikian pula interaksi dialogis Ya’qu>b digunakan untuk menyerang permintaan mereka agar ia mengizinkan Bunyamin bersamanya. Ya’qu>b membangun alasannya atas fakta kecurangan mereka ketika dipercayakan mengajak Yu>suf. Bagaimana mungkin mempercayainya untuk yang kedua kalinya dengan melepaskan Bunyamin bersamanya.

0 komentar:

إرسال تعليق

Comment here

My Famly

About This Blog

My Activity

Blog Archive

  © Blogger template The Professional Template II by Ourblogtemplates.com 2009

Back to TOP